Seorang anak yang durhakar kepada  ibunya. Dia tidak hanya suka teriak-teriak di ajahnya,   Si-anak marah dan berkata dengan nada yang kumprang, “Sungguh, saya kena  bencana alam dengan wanita yang sudah bau tanah renta, saya tidak tahu, kapan saya  mampu berlepas diri bau tanah renta ini.” Ibunya menangis seraya berkata,  “Wahai anakku, takutlah  kau kepada Yang Mahakuasa terhadapku. Tidakkah  kau  takut kepada Allah? Tidakkah  kau takut akan murka dan kemarahanNya?”.  
Adapun anaknya, beliau pergi menaiki mobilnya. Bergembira dan bersuka cita sambil mendengarkan musik yang ia anggap kenyamanan dalam hidupnya. Si-anak melaju dengan kendaraan beroda empat yang ramai alasannya yaitu bunyi musiknya. Dia lupa akan apa yang telah beliau perbuat terhadap ibunya yang semenjak kecil merawat, membesarkan dengan kasih sayang. Dia meninggalkan ibunya dalam keadaan bersedih hati sendirian, hatinya menelan rasa sakit, mengalami kesedihan yang sangat mendalam.
KODE IKLAN 300x 250
		
  akan tetapi suka  mencaci-maki. Ibunya yang telah tua, seringkali berdoa kepada Yang Mahakuasa SWT  semoga Yang Mahakuasa meringankan kekerasan dan kekejaman anaknya. Dia menimbulkan  ibunya sebagai pembantu yang membantu dan mengurusi semua  kebutuhannya,  sedangkan ibunya sendiri tidak membutuhkan pengurusan dan bantuannya.  Betapa sering air matanya mengalir di kedua pipinya, berdoa kepada Yang Mahakuasa  SWT semoga kepingan hatinya mendapat hidayah sehingga menjadi anak yang  berbakti pada orang tua. 
 
    
 
 
 
 
  
  Pada suatu hari si-anak menemui ibunya dengan raut wajah beram yang  terlihat dari colot mata dan alis yang menyatu. Si-anak berteriak-teriak  sempurna di wajah ibunya, “Apakah ibu tak menyiapkan makanan ku?” Dengan  segera ibunya mempersiapkan dan menghidangkan makanan si-anak. Akan  tetapi, tatkala si-anak melihat makanan yang tidak disukai, bukan tetap  memakannya, namun malah ia lemparkan ke tanah.
 
   Karena
 mendengar kata-kata ibunya tersebut, maka kemarahan si-anak pun  semakin menjadi, si-anak memegang baju ibunya dan mengangkatnya. Dia  mengguncang-guncang ibunya dengan berpengaruh seraya menghardik, “Dengar, saya  tidak mau dinasihati. Bukan saya yang mesti dibilang harus bertakwa  kepada Allah.”ank durhaka.    Kemudian si-anak melempar ibunya yang telah bau tanah renta itu. Ibunya-pun  jatuh tersungkur. Tangis ibunya bercampur dengan tawa si-anak yang penuh  dengan kepongahan seraya mengatakan, “Ibu pasti akan mendoakan  kecelakaan bagiku. Ibu menduga Yang Mahakuasa akan mengabulkannya.” Kemudian  si-anak keluar rumah sambil mengolok-olok ibunya. Sementara sang ibu, ia  berlinangan air mata kesedihan, menangis siang dan malam tiada henti Adapun anaknya, beliau pergi menaiki mobilnya. Bergembira dan bersuka cita sambil mendengarkan musik yang ia anggap kenyamanan dalam hidupnya. Si-anak melaju dengan kendaraan beroda empat yang ramai alasannya yaitu bunyi musiknya. Dia lupa akan apa yang telah beliau perbuat terhadap ibunya yang semenjak kecil merawat, membesarkan dengan kasih sayang. Dia meninggalkan ibunya dalam keadaan bersedih hati sendirian, hatinya menelan rasa sakit, mengalami kesedihan yang sangat mendalam.
